Siapakah Tokoh Colin East?Tweet

Meeting with CDF and SECDEF

JAKARTA - Tahun 2011 Colin East Award dicetuskan oleh Panglima Laksamana TNI Agus Suhartono bersama Panglima Angkatan Bersenjata Australia General David Hurley. Penghargaan Colin East berupa widya wisata dan wisata budaya ke Australia diberikan kepada tiga lulusan terbaik setiap tahun dari Sesko TNI, Sesko AD, Sesko AL, Sesko AU dan Universitas Pertahanan Indonesia. Lalu darimanakah asal nama Colin East Award ditemukan? 

COLIN EAST - SISWA ASING PERTAMA DI SESKOAD 1964

Keterlibatan militer Australia di Indonesia, waktu itu masih Hindia Belanda, bermula sejak awal Perang Dunia Kedua dan keterlibatannya dalam Indonesia baru berawal sejak Perang Kemerdekaan 1945-49 saat para perwira dan pesawat militer Australia mendukung komponen Australia di Komisi Jasa Baik Dewan Keamanan PBB untuk Indonesia.

Kerja sama sejak saat itu lambat perkembangannya karena keterbatasan sumber daya Australia dan komitmennya pada Malta, Korea, Darurat Malaya, Konfrontasi dan perang di Vietnam. Namun demikian, atase militer pertama dikirim ke Indonesia pada 1954 dan beberapa pelatihan individu diberikan di Australia. 

Walaupun terjadi Konfrontasi, perwira-perwira Australia pertama yang mengikuti pendidikan di sekolah-sekolah militer Indonesia tiba pada 1963. Mayor N.F. Graham adalah yang pertama mengikuti pendidikan kursus tingkat lanjut perwira Infantri dan Lieutenant Colonel Colin East bukan saja satu-satunya perwira Australia yang pertama namun juga perwira asing pertama yang mengikuti pendidikan di SESKOAD.

02 Colonel Colin East

East merupakan calon yang ideal untuk mengikuti kursus tersebut. Beliau adalah veteran Perang Dunia Kedua, Perang Korea, dan Darurat Malaya. Beliau bergabung dengan Angkatan Darat ketika pecah perang pada 1939 sebagai prajurit dan menderita luka parah pada Pengepungan Tobruk pada Mei 1941 namun pulih kembali untuk kembali bertugas hingga akhir perang sebagai komandan kompi di pendaratan amfibi Divisi Australia Ketujuh di Balikpapan pada 1945.

Beliau kemudian bertugas selama tiga tahun di Jepang dengan Pasukan Pendudukan Persemakmuran Inggris sebelum mengikuti pelatihan infantri tingkat lanjut selama 18 bulan di Inggris. Setelah itu, beliau bertugas di garis depan di Korea dan, setelah mengikuti pendidikan Sekolah Staf Australia, menjadi brigade major (yakni perwira operasi utama) di Brigade Infantri Persemakmuran ke-28 di Malaya.

01 Colonel Colin East

Komandan brigade Inggrisnya, Brigadier Mogg (kemudian hari menjadi General Sir John Mogg), demikian terkesan dengan kinerja East sehingga beliau menulis surat kepada Sekretaris Militer Australia pada Februari 1960 menyatakan:

"Tidak dapat diragukan lagi bahwa beliau adalah perwira yang luar biasa. Tidak ada perwira atau prajurit Brigade Persemakmuran yang belum pernah memberikan kekagumannya yang terbesar dan kepercayaan pada kemampuannya. Beliau memiliki pikiran cepat yang jelas dan ringkas disertai dengan bakat sangat menonjol untuk bergaul dan berbaur dengan orang dari berbagai pangkat, status dan warga negara. Bakat khusus untuk berkawan dengan semua orang dan aneka macam kepribadian menjadi sangat penting di suatu penugasan seperti ini dan dengan penduduk pribumi Malaya di mana, kami, sebagai angkatan darat asing, tinggal".

East sendirian dan tinggal di kompleks SESKOAD bertetangga dengan Brigadir Jenderal Suryo Sumpeno, sesama siswa. Komandan yang alim, Mayor Jenderal Sudirman, dan khususnya Wakil Komandan yang pragmatik, Brigadir Jenderal Suwarto, memastikan bahwa beliau diayomi walaupun terjadi peningkatan ketegangan seiring eskalasi Konfrontasi. East adalah seorang peserta kursus yang teliti dan lulus kursus ke-15 dari suatu kelas sebanyak 55 pada Desember 1964 dan meninggalkan kesan yang bagus pada semua orang yang berhubungan dengannya.

East kembali ke Australia untuk bekerja di cabang operasi di Markas Besar Angkatan Darat yang terkait dengan komitmen-komitmen Australia dengan Vietnam dan Malaysia. Satu bulan setelah Konfrontasi berakhir dan satu hari sebelum Indonesia kembali menjadi anggota PBB, beliau kembali ke Jakarta untuk menerima lencana staf  SESKOAD-nya dan mendapat kesempatan wawancara selama satu jam dengan Pejabat Presiden, Jenderal Suharto, sebelum menjadi komandan suatu batalion infantri di Malaysia.

Kemudian, East menjadi komandan pusat pelatihan rekrut dan kepala staf angkatan pertahanan PNG sebelum kembali ke Australia untuk pension pada 1976. Setelah itu, East berkarya di Departemen Luar Negeri, kemudian Urusan Veteran dan memelihara minat besar tentang Indonesia dan PNG dengan secara teratur menulis artikel tentang perkembangan-perkembangan di kedua negara dan mensponsori kelompok-kelompok persahabatan.

Pada Juni 1963, Menteri Pertahanan, Athol Townley, menulis surat kepada Jenderal Nasution, diantaranya, berujar "Saya memandang program ini [pertukaran siswa sekolah staf] tidak hanya sebagai aspek penting hubungan antara kedua angkatan Pertahanan kita namun juga sebagai suatu cara untuk meningkatkan pemahaman antar kedua negara kita." Tidak ada keraguan sedikit pun bahwa East akan memenuhi harapan-harapan Townley.