Si ‘Pegasus’ (Kuda Sembrani) Dari Skadron Bell 47G Ibarat ‘Kuda Handal’ Bagi TNI-AU Tweet

01 Pegasus 2014
JAKARTA - Salah satu contoh sukses dari kerjasama penerbangan antara Australia dan Indonesia adalah Bell 47 G Soloy (yang sebelumnya disebut Sioux) helikopter di 7 Skadron (Pegasus Skadron).  Skadron 7 yang berada di Pangkalan Udara Suryadarma, Kalijati, Jawa Barat mengadakan pelatihan helikopter awal untuk pilot TNI-AU dan lainnya termasuk TNI-AL dan POLRI.  Skadron 7 mencetak beberapa pilot helikopter baru setiap tahun melalui program pendidikan yang berjalan selama satu tahun.   Para lulusan tersebut dapat melanjutkan pendidikan untuk berbagai jenis helikopter operasional lainnya yang tersedia di TNI-AU. 
TNI telah mengoperasikan Bell 47G sejak tahun 1978 ketika 12 pesawat dihibahkan dari Australia. Pesawat tersebut telah melayani Angkatan Darat Australia dari tahun 1960 hingga 1975 sebelum menghabiskan waktu yang singkat dalam penyimpanan dan kemudian dihibahkan kepada Angkatan Darat Indonesia pada tahun 1978, yang lalu dipindahkan dibawah komando TNI-AU.  Pada tahun 1984, pesawat tersebut diperbaharui menjadi Bell 47G-3B-1 Soloy, dengan menggantikan mesin piston dengan mesin turbin dll.  Termasuk dalam pembaharuan Soloy adalah pemasangan mesin turbin Allison 250 C20B (yang 420 tenaga kuda) dengan kompresor sentrifugal dan beberapa modifikasi kecil pada badan heli.  Pembaharuan tersebut meningkatkan ekonomi bahan bakar, jarak dan umur mesin. 
02 Pegasus 2014
11 dari 12 helikopter yang dihibahkan masih beroperasi secara harian/rutin, dan mungkin merupakan satu-satunya contoh dari jenis heli ini yang masih beroperasi secara rutin di dunia militer.  Foto-foto dibawah ini menunjukkan versi Australia Sioux pada tahun 1971, dan terdapat pula foto terkini, foto Soloy yang telah diperbaharui menggunakan seragam Indonesia.   
Kini Skadron 7 dibawah komando Letkol Hasan, menggantikan Letkol Aslam pada awal 2014 (foto bersama Instruktur Seskoau Australia – WGCDR Rees).  Letkol Hasan mengatakan fitur paling unggul dari helikopter Soloy adalah kesederhanaannya.  Sistem dan kinerja yang sederhana membuat Soloy begitu layak untuk pelatihan tahap awal.  Letkol Aslam juga memuji karakteristik keselamatan Bell 47G, dan menekankan pesawat tersebut lebih mudah dikendalikan daripada helikopter lain apabila dalam masalah ‘autorotation’ dimana sang instruktur dapat dengan mudah mengambil kendali dari siswa jika dalam situasi tersebut.  Beliau juga menjelaskan bahwa pemeliharaan Soloy sangatlah mudah.  Dengan masa operasi yang telah mencapai 54 tahun maka kehandalan si Soloy justru luar biasa.  Penggunaan pesawat Bell yang direncanakan akan diteruskan untuk dasar pelatihan saat ini masih menjadi pembahasan di TNI-AU, dengan kemungkinan pula masa operasi kelak sampai 60 tahun. 
03 Pegasus 2014
Salut kepada rekan-rekan TNI-AU yang sukses mengelola armada Soloy selama begitu lama, dan salut pula kepada senior kita di Australia maupun Indonesia yang bersama-sama mengerjakan proyek hibah tersebut sehingga saling mengisi serta menjunjung tinggi semangat kerjasama yang nyata.  Semoga ceritanya akan sama dengan proyek C-130H yang merupakan fokus kerjasama alutsista TNI-AU/RAAF/Kemhan/ADO saat ini.
05 Pegasus 2014