Angkatan Laut Australia Dukung MSSP di Seskoal Tweet

01 MSSP 2017
JAKARTA – Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut Indonesia (Seskoal) kembali melaksanakan Studi Strategis Maritim dan Kelautan (MSSP) pada tanggal 20 hingga 31 Maret 2017. Studi ini merupakan hasil dukungan dari Angkatan Laut Australia.
MSSP dianggap sebagai salah satu pelajaran yang paling penting dari studi di Seskoal. Kebanyakan pejabat senior TNI-AL akan ingat Bapak Tsamenyi yang mempresentasikan MSSP selama bertahun-tahun di Seskoal. Bapak Tsamenyi telah pensiun sejak tahun 2012, yang kemudian digantikan oleh Profesor Stuart Kaye. Pada tahun sebelumnya, saat Bapak Tsamenyi masih aktif mengajar MSSP, beliau dibantu oleh Dr Chris Rahman. Dr Chris kembali mengajar lagi tahun ini, yang merupakan tahun ke-13 beliau mengajar mata pelajaran tersebut.
02 MSSP 2017

Profesor Stuart Kaye menyajikan bagian hukum internasional pada minggu pertama. Materi yang paling menarik bagi siswa Dikreg 55 berfokus di sekitar pentingnya strategis kebangkitan China dan pentingnya Laut China Selatan. Banyak siswa khawatir tentang apa yang diklaim oleh China sebagai "Sembilan Dash Line" yang artinya Indonesia dan daerah disekitarnya.

Tahun ini, fokus utama untuk minggu kedua adalah pentingnya kebijakan pemerintah Indonesia tentang Poros Maritim. Dr Chris Rahman menunjukkan bahwa keadaan hubungan antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara tidak stabil. Lima pilar Poros Maritim akan membantu untuk memastikan keamanan kawasan, khususnya pilar keempat. Dia menegaskan bahwa "sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia dan Australia, semua negara harus mendukung tatanan tersebut berdasarkan kesepakatan internasional dan memastikan bahwa sengketa itu diselesaikan menurut pedoman ini".

Dr Rahman sangat mendukung peran Indonesia saat ini dalam berperan di wilayah tersebut dan optimis tentang peran masa depan yang dilakukan oleh Indonesia. Sebagai negara terbesar secara geografis dan secara ekonomi, dan mengingat bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi yang paling sukses, Indonesia memiliki peran penting di dalam ASEAN untuk mendukung aturan berdasarkan tatanan.

Kolonel McArthur, dari Sea Power Centre Australia, bergabung dengan Dr Rahman dalam memberikan beberapa kuliah di minggu kedua. Fokus utama dari presentasi Kolonel McArthur adalah Buku Putih Angkatan Bersenjata Australia 2016 dan Doktrin Maritime Australia. Kolonel McArthur menguraikan program yang unik di mana RAN akan berubah dalam 10 tahun mendatang. Kolonel McArthur mengatakan bahwa "generasi baru kapal dan kapal selam ini akan membawa teknologi Australia yang mutakhir yang akan dikerahkan untuk mendukung dalam menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan itu".

Mahasiswa Dikreg 55 sangat menghargai kesempatan untuk mendiskusikan isu-isu yang sangat hangat dengan para ahli internasional di penugasan.

03 MSSP 2017
Australian Royal Navy Support MSSP at Indonesian Command and Staff College 

JAKARTA -The Royal Australian Navy supported Maritime and Strategic Studies Period (MSSP) was conducted at Seskoal again this year from 20 – 31 March.The MSSP is considered one of the most important areas of study on the Indonesian Command and Staff College course. Most senior Indonesian Naval Officers will remember Emeritus Professor Tsamenyi who presented the MSSP for many years. Professor Tsamenyi retired in 2014, his replacement, Professor Stuart Kaye has been instructing on the course since then. For many of the years Professor Tsamenyi instructed on the MSSP, he was assisted by Dr Chris Rahman. Dr Chris was back again this year, this is his 13th year of presenting the course.

Professor Stuart Kaye again presented the international law component of the course that took up the entire first week. The main areas of interest for the students of Dikreg 55 centred around the strategic importance of the rise of China and the importance of the South China Sea. Many of the students were concerned about what the China’s “Nine Dash Line” claim means for Indonesia and the region.

This year a heavy focus of the second week of the course was the importance of the Indonesian government policy of the “Maritime Fulcrum”. Dr Chris Rahman pointed out that the state of the relationships between countries in the South East Asian region has never been so uncertain. The five pillars of Indonesia’s Maritime Fulcrum will help to ensure the security of the region, in particular the fourth pillar. He said, “in line with the Australian and Indonesian government policy, all countries need to support the rules based international order and ensure that disputes are solved within these guidelines”.

Dr Rahman was very supportive of the current role Indonesia is playing in the region and was upbeat about the future role Indonesia can play. As the largest country geographically and economically, given the fact that Indonesia is the regions most successful democracy, Indonesia has a significant role to play both within ASEAN to support the rules based order.

CAPT McArthur, from Sea Power Centre Australia, joined Dr Rahman in delivering several lectures in the second week of the course. The main focus of CAPT McArthur’s presentations was the Australian Defence White Paper 2016 and Australian Maritime Doctrine. CAPT McArthur outlined the unique program under which the RAN Fleet will be transformed in the coming 10 years. CAPT McArthur said, “this new generation of ships and submarines will bring Australia cutting edge technology which will be deployed in support of maintaining peace and security in the region”.

Students of Dikreg 55 were very appreciative of the opportunity to discuss these very topical issues with international experts in the field.