Kegiatan kunjungan studi Lemhannas yang dilakukan tiap tahunnya, kali ini bertema Counter Terrorism. Ditemui disela kesibukannya, IKAHAN diberikan kesempatan untuk mewawancarai Marsda (Purn) TNI Surya Dharma S.IP untuk menceritakan bagaimana kunjungan tersebut berlangsung.
Terpilih menjadi kepala penasehat rombongan siswa Lemhannas ke Australia, Surya Dharma mengatakan “kami ingin melihat bagaimana Australia memiliki konsep secara makro untuk penanggulangan terrosime dan bagaimana Australia dapat menggalang kekuatan dengan negara-negara di sekitarnya. Kami ingin melihat dari kacamata regional, politik luar negeri dan hubungan bilateral dengan masing-masing negara yang berada di kawasannya bagaimana mereka bereaksi dari segala potensi ancaman terrorisme yang berada di dalam wilayah Australia maupun di negara sekitarnya”.
Pada kunjungan studi Lemhannas tahun ini, para siswa terbagi menjadi empat rombongan yang masing-masingnya berkunjung ke negara yang berbeda; yaitu Australia, Amerika, Luksemburg dan Swiss. Beberapa tempat yang disinggahi di Australia (27 Juni – 1 Juli) antara lain Asia Pacific Center Military Law (APCML), pembuat kebijakan/pemerintahan, lembaga independen termasuk lembaga pembuat kajian tentang counter terrorism.
Nama Surya Dharma sudah tidak asing lagi di kalangan Lemhannas, sebelum pensiun, beliau sempat menjabat sebagai Tenaga Ahli Pengajar Hubungan Internasional (2007 – 2010). Karena keahliannya, kini beliau kembali menjabat sebagai Tenaga Professional Bidang Diplomasi sejak tahun 2010. Tidak hanya itu, beliau juga aktif sebagai Dewan Pelaksana Indonesia Emas, dibawah naungan Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olympiade Indonesia (KOI), yang bertugas untuk meningkatkan prestasi bangsa Indonesia dari sisi olah raga; mempersiapkan athlet nasional untuk Sea Games dan Olympic Games.
Bapak Surya Dharma mengatakan, Australia memiliki kebijakan yang cukup baik, dengan adanya peraturan bahwa calon Atase
Pertahanan Australia untuk Indonesia diharuskan mengikuti pendidikan Lemhannas terlebih dahulu. “Selain pendidikan, calon pejabat akan memiliki networking multi sector yang baik dan dapat merangkul dan mengenal baik teman-teman Lemhannas sehingga bermanfaat ketika nantinya menjabat di Indonesia.” Seperti halnya yang telah dijalani oleh Brigadier Gary Hogan yang kini menjabat sebagai Atase Pertahanan Australia untuk Indonesia.
“Saya teringat saat Bapak Gary Hogan pertama kali bertemu saya di Hotel Sultan. Hanya dua kata yang dapat dia ucapkan, selamat malam dan terima kasih. Namum setelah mengikuti pendidikan di Lemhannas, beliau dapat beradaptasi dengan baik, terbukti dengan nilai yang beliau raih pada akhir pendidikan, menjadikanya salah satu siswa dengan nilai tertinggi waktu itu. Beliau seorang perwira yang cerdas dan berkepribadian sangat terbuka. Bahkan saat pendidikan, beliau mampu membuat pantun dalam bahasa Indonesia.” ucapnya selaku dosen Gary Hogan pada tahun 2009.
Harapan Bapak Surya Dharma, kebijakan ini dapat berlangsung terus dan tidak hanya untuk calon pejabat pertahanan saja, namun berkembang untuk calon pejabat lainnya yang akan berhubungan dengan Indonesia, sehingga mereka akan mendapatkan persepsi yang utuh tentang negara Indonesia, tidak hanya mengenal Indonesia dari luarnya saja.
Bapak Surya Dharma pun sempat menyelesaikan pendidikan di Australia pada tahun 1997, mengikuti program Join Services Command and Staff College Australia dan menyelesaikan Diploma International Relation Studies, University of Canberra pada tahun yang sama. Lalu, ditugaskan sebagai directing staff di Sesko Australia selama dua tahun penugasan dimulai tahun 1997.
Nama anak sulung Bapak Surya Dharma menarik perhatian IKAHAN; Elmayana Sabrenia. Nama tersebut ternyata diambil dari sebuah jet tempur F86 Avon Sabre yang sering beliau terbangkan dimasa aktifnya sebagai penerbang Angkatan Udara. F86 Sabre merupakan pesawat jet yang dihibahkan oleh Australia kepada Indonesia dalam Program Garuda Bangkit tidak lama setelah berakhirnya masa Orde Lama, tepatnya pada tahun 1973. Semenjak itu, F86 Sabre Australia merupakan pesawat jet favorit Surya Dharma.
Bapak Surya Dharma memberikan pendapatnya mengenai IKAHAN yang baru saja terbentuk awal tahun 2011 “Bagi saya IKAHAN ini cukup baik, dimana IKAHAN dapat menjadi jembatan persahabatan bagi Australia dan Indonesia. Baik bagi seseorang yang telah menempuh pendidikan maupun yang pernah melaksanakan tugas di Australia. Karena persahabatan negara itu dimulai dari human relations atau person to person, atau dikenal dengan P to P dan hal ini dapat mencegah terjadinya pertikaian antar negara, karena terkadang konflik antar negara dikarenakan adanya konflik individu”.