Pada saat Pak Djoko menjabat Pangkohanudnas, beliau menegaskan bahwa dalam hal perbatasan antara kedua negara tidak ada kesalahpengertian ataupun kesalahpahaman dan tidak pernah terjadi insiden "black flight'. Komunikasi beliau dengan Kedutaan Besar Australia tepat dan jelas. Keterbukaan telah menjadi gaya bicara beliau. Pada tahun 2007 saat saya kembali ke Jakarta sebagai Wakil Athan Australia, salah satu hal yg membuat saya gembira adalah bahwa saya tetap bisa bertemu dengan beliau sesering mungkin. Setelah saya diangkat menjadi Atase Udara Australia di Jakarta pada tahun 2010, Pak Djoko menjadi Pembimbing dan menjadikan kami kerap ketemu, hampir setiap minggu. Beliau mengajari saya banyak hal sehingga saya kenal sejarah TNI-AU tentang organisasi dan prosedur dengan baik. Untuk itu, tiap saat saya membutuhkan suatu jawaban berkaitan dengan TNI-AU, maka Pak Djoko selalu dapat membantu. Bahkan beliau memberi sejumlah saran tentang cara memperbaiki kemampuan golf saya. Pada tahun 2010, saya dan Pak Djoko bekerjasama dalam menyusun serangkaian artikel mengenai berbagai aspek mengenai RAAF yang akan diterbitkan pada majalah 'Angkasa'. Untuk tujuan itu, saya dan Pak Djoko kemudian mengunjungi Canberra, Sydney, Brisbane, Newcastle dan Darwin untuk bertemu dan mendapat briefing dari petinggi RAAF, termasuk Kasau Australia Marsekal Mark Binskin, serta mengunjungi sejumlah satuan RAAF. Kunjungan yang paling berkesan adalah saat melakukan kunjungan ke detasemen Border Protection Command di Darwin dimana beliau sempat terbang dengan pesawat terbang tipe Dash-8 jenis pengamatan maritim. Kami juga sempat berpergian bersama saat mengunjungi Pameran Kedirgantaraan Singapura tahun 2010 serta Pameran Kedirgantaraan Avalon di Melbourne tahun 2011. Bulan Agustus 2011 yang lalu saya pergi keAustralia untuk berlibur dengan ayah saya. Sedangkan Pak Djoko berangkat ke Brasil untuk mengunjungi pabrik Embraer. Saya tahu bahwa Pak Djoko juga merasa senang dapat kesempatan pergi ke negara tersebut. Kami sepakat untuk bertemu kembali di Starbucks Kuningan pada tanggal 21 Agustus saat saya kembali dari Australia dan untuk bercerita tentang kunjungannya selama di Brasil. Namun saya begitu terkejut dan sedih saat mendengar Pak Djoko mendadak meninggal di Brasil. Beliau adalah orang yang hebat, rekan sekaligus Pembimbing utama saya, dan lebih dari itu, beliau merupakan sahabat dekat saya. Tentu saja, saya akan senantiasa kehilangan Pak Djoko. Group Captain Nick Bricknell, Air Force Attaché Australia Berikut article Alm. Marsda TNI (Purn) Djoko Poerwoko yang telah dimuat oleh Majalah Angkasa:
|