|
JAKARTA - Kunjungan Captain Justin Jones, Direktur Seapower Centre-Australia (SPC-A), baru-baru ini ke Indonesia sebagai pembicara pada Program Kajian Keamanan Maritim atau the Maritime Security Studies Program (MSSP) ke-13 yang diselenggarakan di Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (Seskoal) pada 5 – 16 Maret 2012 mencakup pertemuan 19 Maret 2012 terkait dengan kemungkinan pendirian Seapower Centre Indonesia yang mirip dengan fasilitas Australia, dan bantuan Australia dalam upaya pendirian ini.
|
Pertemuan 19 Maret, diselenggarakan di Seskoal dan secara resmi dibuka dan ditutup oleh Wakil Komandan Seskoal, Laksamana Pertama Surya Wirato, dihadiri oleh lebih dari 30 perwira TNI-AL berpangkat Kolonel dan Letnan Kolonel, sebagian besar berasal dari area-area kunci Angkatan Laut Indonesia. Captain Jones memberikan brifing tentang tujuan, misi dan infrastruktur SPC-A serta persyaratan-persyaratan sumber daya. Brifing beliau mencakup rincian tentang kualifikasi, organisasi, peran dan tanggung jawab staf, kegiatan-kegiatan utama SPC-A, target peserta, publikasi dan produk-produk utama lainnya maupun hubungan dengan Universitas Wollongong, organisasi-organisasi dan tanki-tanki pemikir pertahanan dan pemerintah lainnya, dari dalam negeri maupun mancanegara. Captain Jones menggarisbawahi kualifikasi staf SPC-A merupakan pertimbangan penting mengingat hal ini memberi sumbangsih pada kredibilitas dan pamor internasional SPC-A.
| |
Setelah presentasi oleh Captain Jones, Direktur Pengkajian Strategik Operasional Seskoal, Kolonel Roberth Walter Tappangan, memberikan brifing tentang kemungkinan peran, tanggung jawab dan organisasi rencana Indonesian Seapower Centre yang menurut beliau pada awalnya akan berlokasi di Seskoal. Kolonel Tappangan berujar Indonesian Seapower Centre akan bertindak sebagai lembaga pelaksana Kajian Keamanan Maritim dengan tugas utama melakukan kajian-kajian strategis dalam masalah-masalah pertahanan dan keamanan maritim. Beliau berujar organisasi Indonesian Seapower Centre akan mencerminkan tiga peran utama, yaitu:
- Pendidikan (urusan dan sejarah maritim)
- Analisa (strategi maritim dan produksi produk-produk analisa terkait dengan masalah-masalah maritim) dan
- Diplomasi (bertindak sebagai alat untuk memajukan kepentingan-kepentingan maritim Indonesia).
Sebagai bagian dari brifingnya, Roberth juga berujar bahwa Indonesia membutuhkan manajemen informasi maritim dan kemampuan pertukaran.
| |