|
DARWIN - Pukul 1406 waktu setempat, pada Senin 02 Juli 2012 di Pangkalan RAAF Darwin, di ujung utara Australia, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan RI (Sekjen), Marsdya TNI Eris Herryanto, dan Panglima Angkatan Bersenjata Australia (CDF), Jenderal David Hurley, secara resmi menandatangani “Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan Departemen Pertahanan Australia mengenai Kerjasama Pengembangan Bersama Alat Angkut Udara Strategis Indonesia” atau “C130 MoU”. Dengan penandatanganan ini, Australia dan Indonesia secara resmi telah sepakat untuk bekerja sama dengan erat untuk mentransfer empat pesawat transportasi strategis angkut berat C-130H Angkatan Udara Australia (RAAF) ke Indonesia.
|
Penandatanganan MoU tersebut dilakukan di bawah udara yang cerah dan cuaca yang hangat, dengan semilir angin utara yang lembut mengibarkan bendera Australia dan Indonesia yang dengan bangga berkibar tegak di depan sebuah C-130H RAAF. Di antara para pengamat yang penuh minat terlihat sejumlah personel dari pangkalan udara RAAF Darwin, perwakilan media setempat dan asing, serta delegasi tingkat tinggi dari kedua negara yang melakukan perjalanan jarak jauh ke Darwin untuk secara resmi menyaksikan upacara penandatanganan tersebut. Para pengamat Indonesia yang turut hadir termasuk Menteri Pertahanan, Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, dan Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Imam Sufaat. Delegasi Australia termasuk Menteri Pertahanan, YM. Stephen Smith MP, Menteri Materiel Pertahanan, YM Jason Clare MP, dan Komandan Udara Australia, Marsda Mel Hupfeld.
| |
Setelah penandatanganan resmi, CDF dan Sekjen berjabat tangan yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari para hadirin dan dua Menteri Pertahanan memberikan pidato pendek. Pidato dari kedua Menteri Pertahanan menutup acara tersebut. Pada pidatonya, kedua Menteri menekankan pentingnya penandatanganan tersebut dan bagaimana hal ini memberi bukti lebih lanjut tentang meningkatnya kerja sama pertahanan antara kedua bangsa kita.
| |
Hal yang sangat penting tentang MoU ini adalah kerja keras yang cukup lama yang telah dilakukan oleh staf Sekjen di Kemhan, di bawah pengarahan Direktur Kerja Sama Internasional, Brigadir Jenderal TNI Jan Pieter Ate. Brigjen TNI Jan Pieter, lulusan Australian College for Defence and Strategic Studies (CDSS) pada 2009, terlihat sangat gembira saat acara tersebut berakhir dengan sempurna. “Perjalanan masih jauh, namun hal ini suatu langkah besar untuk kita semua dan tonggak penting dalam proses transfer”, ujar beliau. Brigjen TNI Jan Pieter mencatat bahwa setelah acara tersebut ada waktu singkat untuk melakukan perayaan, namun demikan mereka mesti memfokuskan pada langkah berikutnya, dan proses serah-terima resmi pesawat udara tersebut ke Indonesia. “Saya menantikan dengan gembira hari ketika pesawat udara tersebut berada di bawah kendali pilot dan awak pesawat TNI-AU untuk memberikan dukungan angkutan udara yang sangat bernilai kepada Pemerintah dan rakyat Indonesia”, ujarnya.
| |
Baik RAAF maupun TNI-AU saat ini mengoperasikan pesawat udara C-130 dan sudah terselenggara tingkat kerja sama yang baik antara awak pesawat udara dan awak darat kedua bangsa. Transfer ini pastilah memungkinkan tingkat kerja sama untuk semakin diperbesar. Setiap tahun RAAF dan TNI-AU melakukan latihan angkut udara taktis bilateral bersama, Rajawali Ausindo – latihan paling akhir yang dilakukan di Darwin pada Desember 2011. Tahun ini, Rajawali Ausindo akan diselenggarakan di Pangkalan Udara Malang di Indonesia pada bulan September.
| |
Menurut “C130 MoU”, dalam jangka waktu tiga tahun kedepan, keempat C-130H akan terbang dengan jiwa Swa Bhuwana Paksa dibawah naungan sang merah putih yang perkasa.
| |
| |