|
CANBERRA dan MELBOURNE - 12-15 Juni, Sekjen Kemhan, Letjen TNI Budiman, beserta Dirkersin Kemhan (Brigjen TNI Jan Pieter Ate) dan SPRInya (Kol Inf Kup Yanto) baru kembali ke Jakarta setelah melaksanakan kunjungan kerja ke beberapa bagian Departamen Pertahanan Australia terkait urusan modernisasi militer, pengkajian dan penentuan strategi pertahanan, maupun pengadaan alutsista.
|
Kunker tersebut merupakan kali pertamanya secara resmi Pak Sekjen sempat bertemu dengan Sekretaris Departemen Pertahanan Australia, Mr Dennis Richardson, sejak pelantikan Pak Budiman bulan Februari yang lalu. Walau sistem organisasional Dephan Australia dan Dephan Indonesia sedikit berbeda, boleh dikatakan bahwa counterpart Pak Budiman adalah Pak Dennis, khususnya dimana strategi, modernisasi, kibijakan umum serta penganggaran pertahanan ditanggung, dibantu, ataupun diawasi oleh kedua pejabat senior tersebut di masing-masing sistem. Bagi Pak Dennis, yang telah berkunjung ke Indonesia dua kali tahun ini, adalah kesempatan yang dinantikan untuk mengenal dengan Pak Budiman agar dapat memulai kerjasamanya secara pribadi maupun institusional demi kemajuan lebih lanjut hubungan bilateral militer kita.
| |
Selama berada di Canberra, Pak Budiman sempat melakukan sejumlah rapat dengan Depsec Strategy Mr Brendan Sargeant, staff Strahan (membahas siklus perencanaan strategis), dengan pemimpin senior dari Defence Material Organistion (DMO) (membahas tentang pemeliharaan kompleks seperti untuk armada kapal selam, serta membahas potensi kerma DMO dan Baranahan bidang diklat), dengan pemimpin Angkatan Darat (tentang peranan AD dalam siklus modernisasi Dephan Australia), dengan pemimpin International Policy Division (semacam ditkersin, tentang kerma bilateral ke depan secara umum), dengan petinggi dari Deplu Australia, dan akhirnya dengan pemimpin dari Capability Development Group (CDG, yakni instansi gabungan yang mengkaji secara spesifik opsi-opsi alutsista, SDM serta organisasi apa saja sebagai solusi terbaik dan terjangkau terhadap desain modernisasi menjawab blueprint para pestrategi militer).
| |
Setelah berbagi banyak pendapat tentang teori dan proses-proses modernisasi militer, tim Pak Sekjen melanjutkan kunjungannya ke Melbourne agar dapat berinteraksi dengan perwakilan dari tim kerma dan penjualan luar negeri dari DMO, kemudian untuk melihat salah satu contoh industri pertahanan—di sini, Thales Australia cabang Bendigo dimana pabriknya memproduksi ranpur ‘Bushmaster’ dan adiknya ‘Hawkeye’. Tujuannya adalah agar pak Sekjen dapat melihat dan membahas bagaimana hubungan diantara DMO dengan supplier swasta (khususnya karena hampir semua industri pertahanan di Australia bukan BUMN lagi, melainkan telah diswastakan), bagaimana pengalaman Australia dengan pengadaan alutsista secara G2B, dan bagaimana segi pandangan—pro maupun kontra—dari industri pertahanan di Australia terhadap sistem pengadaan dan pemeliharaan alutsista militer di Australia. Bonusnya, Pak Sekjen sebagai tentara senior mendapatkan kesempatan untuk melihat sebuah contoh ranpur yang telah teruji di kancah perang Iraq dan Afghanistan; maka cukup berguna sebagai perbandingan dengan ranpur Anoa—ranpur handal buatan PT Pindad.
| |
Setelah kunker Letjen TNI Budiman, yang sebelumnya sempat menjabat sebagai Dankodiklat pada tahun 2011, dapat dikatakan bahwa Pak Budiman tidak asing lagi dengan sistem dan organisasi pertahanan di Australia, apalagi mempunyai banyak rekan di lingkungan Russell Offices.
| |
| |